Nona Rahadian :D

Nona Rahadian :D
why so serious

April 27, 2010

Siti Aisyah Binti Abu Bakar

Siti Aisyah Binti Abu Bakar R.A.


Rasulullah SAW membuka lembaran kehidupan rumah tangganya dengan Aisyah r.a yang telah banyak dikenal. Ketika wahyu datang pada Rasulullah SAW, Jibril membawa kabar bahwa Aisyah adalah istrinya didunia dan diakhirat, sebagaimana diterangkan didalam hadits riwayat Tirmidzi dari Aisyah r.a, Jibril datang membawa gambarnya pada sepotong sutra hijau kepada Nabi SAW, lalu berkata.' Ini adalah istrimu didunia dan di akhirat." Dialah yang menjadi sebab atas turunnya firman Allah SWT yang menerangkan kesuciannya dan membebaskannya dari fitnah orang-orang munafik.


Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi SAW diutus menjadi Rasul. Semasa kecil dia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah SAW usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya. Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a datang wahyu kepada Nabi SAW untuk menikahi Aisyah r.a. Setelah itu Nabi SAW berkata kepada Aisyah, " Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata,' Ini adalah istrimu.' Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya,' Jika ini benar dari Allah SWT , niscaya akan terlaksana."



Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah SAW setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Makkah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk didalamnya Aisyah r.a. Dengan izin Allah SWT menikahlah Aisyah dengan mas kawin 500 dirham.

Aisyah tinggal dikamar yang berdampingan dengan masjid Nabawi. Dikamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu. Dihati Rasulullah SAW, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, " Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah cintanya Rasulullah SAW kepada Aisyah r.a."



Didalam riwayat Tirmidzi dikisahkan "Bahwa ada seseorang yang menghina Aisyah dihadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya,' Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti istri kecintaan Rasulullah SAW." Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, 'Demi Allah SWT, dia adalah manusia yang paling beliau cintai selain ayahnya (Abu Bakar)'.


Di antara isteri-isteri Rasulullah SAW, Saudah bin Zum`ah sangat memahami keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya untuk Aisyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah SAW rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah SAW. Menjelang wafat, Rasulullah SAW meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat dirumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat.

Dalam hal ini Aisyah berkata, "Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah SAW wafat dipangkuanku." Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah SAW selama sakit dikamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah SAW dikuburkan dikamar Aisyah, tepat ditempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, "Jika yang engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia dimuka bumi." Ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar berkata, "Beliau adalah orang yang paling mulia diantara ketiga bulanmu." Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur dirumah Aisyah.


Setelah Rasulullah SAW wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan terhadap taqdir Allah SWT dan selalu berdiam diri didalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah SWT. Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah kemakam Nabi SAW.

Ketika istri-istri Nabi SAW hendak mengutus Ustman menghadap khalifah Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi SAW yang merupakan bagian mereka, Aisyah justru berkata, "Bukankah Rasulullah SAW telah berkata, 'Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah." Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman menemui Ummul Mukminin Aisyah r.a. Ketika itu Hafshah mengenakan kerudung tipis.

Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur`an dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau. Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah SAW jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ia memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah SAW. Aisyah termasuk wanita yang banyak menghapalkan hadits-hadits Nabi SAW, sehingga para ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.



Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 th, bertepatan dengan bulan Ramadhan,th ke-58 H, dan dikuburkan di Baqi`. Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah SAW, selalu beribadah serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga didalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Dimana sabda Rasul, "Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma." (HR. Ahmad )

April 24, 2010

mahluk luar angkasa....
















keajaiban Allah SWT...

Banyak peneliti mencermati, bahwa dalam novel dan legenda manusia, ada sejumlah peristiwa yang mirip dan terjadi secara bersamaan. Dan peristiwa–peristiwa ini menjelaskan bahwa peradaban makhluk angkasa luar pernah mengunjungi bumi pada zaman purbakala.

Ada yang menuturkan, bahwa sangat sulit bagi manusia untuk melacak jejak makhluk angkasa luar. 2/3 areal di bumi adalah samudera, kutub selatan dan utara keduanya diselimuti dengan salju tebal, sedangkan daerah lainnya juga terdapat hutan dan padang pasir yang luas. Ada sarjana yang menuturkan, jika benar mahkluk angkasa luar datang ke bumi, mereka juga akan mempertimbangkan : sebetulnya informasi apa yang ada disana sehingga dapat tersimpan setelah ribuan tahun. berikut ini adalah gambar mahluk luar angkasa yang di temukan oleh ilmuan dan dalam keadaan tidak bernyawa.

diluar angkasa juga ada sampah lho....

BUMIKU SAYANG BUMIKU MALANG....







Perkiraan bahwa alien berasal dari luar angkasa sangat mungkin sekali, DAN BANYAK MAHLUK YANG HIDUP DILUAR ANGKASA....

April 23, 2010

bahaya kopi..




Kata kopi berasal dari bahasa Turki kahveh, yang kemudian dikenal dalam bahasa Belanda sebagai kaffie, diikuti dengan bahasa Inggris dengan sebutan coffie. Bangsa Arab mengenalnya dengan qahwah, artinya kekuatan. Kemudian bahasa Indonesia membakukannya menjadi kata kopi.
Sejarah
Sejarah mencatatkan, kopi pertama kali ditemukan di dataran Ethiopia, sebagai tanaman liar kala itu. Baru pada pertengahan abad 15, kopi dikembangkan disemenanjung Arab, yang kemudian kita kenal dengan istilah Kopi Arabica. Legenda kopi di negeri Arab ini, memiliki cerita tersendiri. Menurut mereka, kopi ditemukan oleh seorang penggembala kambing muda bernama Kaldi. Dia melihat kambingnya menunjukkan gejala gembira saat memakan biji atau daun hijau dari tanaman kopi tersebut. Penasaran akan hal tersebut, maka Kaldi turut memakan biji kopi tersebut dan mendapati perasaan gembira pula. Sejak saat itu, cerita ini menyebar ke seluruh negeri Arab. Baru pada tahun 1610, kopi ditanam di India dan kemudian Belanda mulai belajar mengembangbiakkan pada tahun 1614. Tahun 1699, Belanda mengembangkan tanaman kopi di Srilangka dan tanah Jawa (Indonesia).
Bahaya Kopi
Semakin populernya minuman kopi, menarik minat para ahli kesehatan untuk menelitinya. Mereka mendapati bahwa kopi miliki lebih dari 500 senyawa kimia, yang salah satunya dinamakan sebagai kafestol. Bahan kimia tersebut muncul saat bubuk kopi dituangi oleh air panas. Kafestol adalah senyawa yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh manusia hingga sebesar sepuluh persen, menurut sebuah peneliti di Belanda.
Kafein, kandungan senyawa dalam kopi yang juga berbahaya mengakibatkan orang terjaga, sulit mengendalikan emosi, hingga menjadi salah satu pemicu kanker. Kafein inilah yang kita kenali sebagai penyebab kecanduan. Hal tersebut biasa terjadi, saat mengkonsumsi kopi lebih dari 250 mg sekaligus atau setara dengan tiga cangkir kopi. Selain itu kopi juga meningkatkan aliran darah dalam ginjal sehingga produksi urine bertambah.
Dalam penelitian lain juga menyebutkan bahwa kopi sebagai penyebab penyakit maag, tukak lambung, dan tukak usus halus, dikarenakan kopi meningkatkan asam dalam lambung dalam jangka waktu yang lama.
Bahkan para ahli memberikan peringatan bagi seseorang yang mengidap penyakit atau gejala serangan jantung, gangguan ginjal dan tekanan darah tinggi untuk mengkonsumsi kopi tak lebih dari secangkir per hari. Bagi para wanita, konsumsi kopi secara berlebihan dapat mengurangi kesuburan hingga meningkatkan dapat resiko terjadinya osteoporosis pada wanita usia menopause.
Para ahli kesehatan masih dirundung dilema dengan hasil penelitian mereka mengenai bahaya kopi bagi kesehatan manusia. Mengapa demikian? Karena para ahli kesehatan hanya meneliti dua kandungan dari 500 senyawa kimia yang terdapat dalam kopi. Sehingga seluruh penelitian hingga saat ini belum dapat dikatakan sebagai hal yang final. Ini menunjukkan, bahwa para ahli kesehatan sendiri tak sepenuhnya melarang mengkonsumsi kopi. Tetapi disarankan kepada kita untuk mengkonsumsinya secara wajar.
Manfaat Kopi
Setelah mengetahui bahaya mengkonsumsi kopi di atas, akhirnya kita sampai pada bagian dari manfaat kopi. Adakah manfaat kopi bagi kesehatan kita? Ada! Ah. Kamu pasti bercanda Mike. Tidak, sekali lagi saya katakan, kopi juga memiliki manfaat bagi kesehatan kita. Ikuti penjelasan berikut dari para ahli yang memang mengkhususkan dalam penelitian tentang efek dari kopi.
Menurunkan resiko Diabetes Tipe-2
Siapa dapat menduga bila minuman sesederhana kopi dapat memberikan keuntungan yang menakjubkan bagi kesehatan? Ternyata, dengan meminum kopi dapat mengurangi resiko diabetes tipe dua. Menurut Sid Kirchheimer dari WebMD, semakin banyak kopi yang diminum, semakin baik hasil yang diperoleh. Bahkan, Universitas Harvard telah melakukan riset tentang manfaat kopi bagi kesehatan selama 18 tahun, dengan menganalisa data dari sekitar 126 ribu orang. Hasilnya, dengan meminum kopi 1-3 cangkir sehari dapat mengurangi resiko terkena diabetes hingga 10 persen, sedangkan dengan meminum kopi 6 cangkir atau lebih dapat mengurangi resiko pria dari serangan diabetes tipe dua sebesar 54 persen, sedangkan untuk wanita dapat berkurang 30 persen. Ini argumen bagus untuk ungkapan “satu poci kopi sehari”, ungkapan bagi orang yang ketagihan minum kopi setiap harinya.
Mengurangi Resiko Penyakit Parkinson dan Lainnya
Enam kelompok studi lain menemukan bahwa peminum kopi yang meminum kopi dengan teratur dapat mengurangi resiko terkena Parkinson lebih dari 80 persen. Menurut Thomas DePaulis, Phd, seorang ilmuwan dari Vanderbilt University’s Institute for Coffee Studies, menyatakan, semakin banyak meminum kopi, diperoleh hasil yang semakin baik. Nampaknya bagi mereka yang tidak meminum kopi, juga memiliki resiko terkena kanker kolon, sirosis hati, bahkan batu empedu! Penelitan terbaru lainnya menunjukkan bahwa kopi dapat memberi keuntungan bagi kesehatan jantung, mengurangi resiko penyakit jantung sampai 53 persen. Sedangkan bagi pria efek kafein juga dapat menyebabkan ”sperma” berenang lebih cepat dan mampu meningkatkan kesuburannya. Begitu hasil penelitian para ilmuwan di San Antonio, Brazil, yang mengkhususkan pada bidang efek-efek obat bagi kesuburan pria.
Mengimbangi Kebiasaan Jelek Lainnya
Kopi tidak hanya memiliki efek yang bagus bagi tubuh dalam hal melawan penyakit, namun juga dapat membantu untuk mengimbangi atau memutar balik resiko yang diakibatkan oleh kebiasaan buruk. Menurut Thomas DePaulis, “Perokok dan peminum berat akan memiliki resiko lebih rendah terkena penyakit jantung dan gangguan liver bila mereka memiliki kebiasaan minum kopi secara teratur dibandingkan mereka yang tidak minum kopi.” Sedangkan bagi orang yang susah berkonsentrasi mengkonsumsi kopi teratur dengan kadar yang wajar, diketahui dapat meningkatkan respon reaksi otak dalam mengolah memori. Hal ini terjadi karena, kopi merangsang lebih banyak daerah dalam otak.
Dapat Membantu Mengobati Penyakit
Ada bukti yang menunjukkan bahwa kopi dapat membantu mencegah serangan asma dan bahkan dapat mengaturnya di saat kekurangan obat tradisional. Juga, kopi sangat bermanfaat dalam mengobati sakit kepala, khususnya migrain, dan penelitian menunjukkan, orang yang minum kopi meningkatkan perlindungan terhadap rongga perutnya sendiri. Bagi kaum hawa, mengkonsusmi satu hingga dua cangkir perhari mengurangi resiko terkena penyakit osteoporosis (pengeroposan tulang). Kafein juga diketahui dapat melegakan pernafasan bagi penderita asma dengan melebarkan saluran bronkial, saluran yang menghubungkan kerongkongan dengan paru-paru. Radikal bebas dalam tubuh yang merusak DNA, juga dapat dicegah dengan mengkonsumsi kopi secara teratur dan wajar.
Membantu Kita Mengontrol Depresi
Kopi telah membuktikan dapat membantu mengatur maupun menanggulangi depresi. Sebagian, tentu saja, karena kandungan kafein membuat kita tetap sadar, yang dapat mengurangi perasaan depresi, namun mungkin juga berhubungan dengan tingkat oksidan yang terkandung dalam secangkir kopi. Sebenarnya, suatu penelitian dari Brazil baru-baru ini menunjukkan bahwa bahkan anak-anak dapat meminum kopi dalam jumlah yang sesuai dengan usianya untuk mengatasi depresi. Kenyataannya, dalam penelitian menunjukkan sejumlah kecil kopi (1-2 cangkir sehari) sesungguhnya memiliki manfaat bagi kesehatan anak-anak, meskipun pernyataan sebelumnya menyatakan bahwa meminum kopi dapat menghambat pertumbuhan seseorang.
Mengurangi Berat Badan
Tersedianya anti-oksidan alami dalam kopi, dapat membantu Anda menurunkan berat badan. Fakta baru lain, yang baru-baru ini ditemukan oleh Fulgencio Saura-Calixto dan M. Elena Diaz-Rubio dalam ACS’ Journal of Agricultural and Food Chemistry, menemukan bahwa kopi bubuk masak dapat menjadi sumber serat yang baik, setiap cangkir mengandung hampir 2 gram serat yang mudah larut. Kebanyakan orang yang menjalani diet sangat sadar akan manfaat serat dalam hal pengurangan berat badan. Menurut penelitian, “kandungan serat yang terdapat pada kopi bubuk masak lebih tinggi dibandingkan minuman umum lain seperti anggur maupun jus jeruk.” Jadi, mari kita minum kopi, saudara-saudara! Tapi hindari gula!
Saran
Bahaya dan manfaat kopi telah kita baca bersama di atas. Kemudian, adakah jalan tengah yang menjembatani dari kedua permasalahan tersebut? Tentu saja ada. Kita selalu “berkompromi” agar keharmonisan hidup terjaga. Karena itu manusia disebut mahluk yang dinamis. Maka simak beberapa saran dan anjuran berikut ini:
Tips minum kopi yang baik :
1. Jangan menambah gula terlalu banyak. Disarankan kalau kopinya terasa pihat, Anda bisa menambahkan krim atau susu. Rasa pahit yang ditimbulkan kopi sebenarnya tidak lama. “Kopi yang bagus dalam roasting-nya, rasa pahitnya hanya 15 detik dalam tenggorokan.
2. Minum kopi dilengkapi dengan kue.
3. Teguklah kopi seperti meminum anggur. Pertama kali adalah mencium aromanya. Kemudian saat diminum tidak langsung ditelan, tapi dikulum terlebih dahulu untuk dikecap. Karena caranya seperti itu, para penikmat kopi tidak pernah merokok.
4. Bagi yang sensitive dengan kafein, bisa mencoba yang kadar kafeinnya sudah berkurang (decaf).
Yang patut dipahami:
1. Dosis
Memang belum ada ukuran yang pasti untuk dosis kopi yang boleh dikonsumsi orang. Namun kebanyakan penelitian mengungkapkan bahwa minum 300 mg kafein (sekitar 1 sampai 3 cangkir kopi sehari) tidak memberikan efek negatif pada kebanyakan orang sehat.
2. Sinyal Bahaya
Ketika mereguk kopi memang terasa nikmat, namun sering kali diikuti dengan sejuta rasa bersalah. Kenali sinyal bahaya kopi sehingga kita tahu kapan harus berhenti minum kopi. Sinyal bahaya itu antara lain: gelisah, jantung berdebar, gangguan tidur dan gangguan mood (mis: cepat marah). Seorang peminum kopi yang menghentikan kebiasaan minum kopinya dapat mengalami “caffeine withdrawal” yang ditandai oleh sakit kepala berdenyut, namun gejala ini akan hilang setelah 24-48 jam atau mendapat kafein dosis baru.
3. Dengarkan Respon Tubuh
Setiap orang memiliki batasan sendiri mengenai konsumsi kafein. Kebanyakan orang dapat mengkonsumsi 2 cangkir kopi sehari tanpa masalah. Namun ada pula yang mengalami efek buruknya dengan jumlah konsumsi kopi yang sama. Ada yang bercerita setelah minum secangkir kopi menjadi tak dapat tidur sepanjang malam, sebaliknya ada yang tertidur pulas setelah minum kopi. Cara terbaiknya adalah mendengarkan respon tubuh sendiri!
4. Kenali Kandungan kafein
Setelah mengetahui dosis dan respon tubuh, ada baiknya kita mengetahui kandungan caffeine dalam produk-produk yang sering kita konsumsi.

Kafein juga dapat menyebabkan:
1. insomnia,
2. mudah gugup,
3. sakit kepala,
4. merasa tegang
5. cepat marah
6. meningkatkan resiko penyakit jantung

hilang..

Kau tak bisa hentikan langkahku…
Banyak yang kuberikan dan kubiarkan berlalu..
Kau memang parasit yang hidup tak bertujuan..
Kau sel kanker yang hidup diatas organ lain..
Kau merenggut satu demi satu hingga meninggalkan sesuatu yang takkan bisa kulupakan..
Kutuliskan ini untuk kau tau, aku akan tetap tegar berdiri dengan satu kaki…
Ku kan temukan semua pecahan yang entah kemana..jangan pernah kembali kedalam hidupku hingga titik nadi terakhir..
Biarkan semuanya berlalu seiring waktu yang tak pernah berputar kembali…sungguh kubenci dirimu….kau seperti musim kemarau yang abadi di afrika yang membakar banyak orang..kau dibenci banyak orang dan jangan pernah dekati aku
Jangan kau katakan kata maaf , karena kau tak bersuara bagiku..
Jangan pernah hadir didepan mataku karna kau haya kunang-kunang disiang hari…
Kau bersinar tapi tak terlihat…..

Kau mematahkan irama hatiku hingga kini tak banyak arah yang kulihat…
Kau tutup mataku higga terasa gelap disiang hari….
Aku harus bertanya siapa dirimu??namun siapa yang peduli!!? …karena kau BERTOPENG..

Ku akui hari ini ku lemah….tapi lihatlah nanti….

April 22, 2010

pencangkokan hati..

DEFINISI
Pencangkokan (Transplantasi) adalah pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari
seseorang (donor) kepada orang lain (resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang.
Transplantasi bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Transfusi darah merupakan jenis transplantasi yang paling sering dilakukan.

Transplantasi organ tubuh biasanya melibatkan:
- pencarian donor yang sesuai
- kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan
- pemakaian obat-obat immunosupresan yang poten
- kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
- kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian.

Untuk orang-orang yang organ vitalnya (misalnya jantung, paru-paru, hati, ginjal atau sumsum tulang) sudah tidak bekerja sebagaimana mestinya dan fungsinya tidak dapat kembali normal, maka transplantasi organ bisa merupakan satu-satunya peluang untuk bertahan hidup.
Jaringan atau organ yang didonorkan bisa berasal dari orang lain yang masih hidup maupun yang belum lama ini sudah meninggal. Yang lebih disukai adalah jaringan yang berasal dari orang yang masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi. Tetapi jantung, hati, paru-paru dan komponen mata (kornea dan lensa) hanya bisa didapatkan dari seseorang yang baru saja meninggal dan biasanya akibat kecelakaan bukan karena sakit.
Donor yang masih hidup biasanya merupakan anggota keluarga. Organ yang paling sering didonorkan oleh orang yang masih hidup adalah sumsum tulang dan ginjal. Tubuh memiliki 2 buah ginjal dan fungsinya bisa berjalan baik meskipun hanya terdapat 1 buah ginjal, karena itu transplantasi ginjal sifatnya aman bagi donor.
Bagian dari jaringan hati dan paru-paru juga telah ditransplantasikan dari beberapa donor yang masih hidup. Pencangkokan organ dari donor hidup dilakukan dalam waktu beberapa menit setelah organ diangkat.
Beberapa organ hanya bertahan selama beberapa jam diluar tubuh; sedangkan organ lainnya dapat disimpan dalam lemari pendingin selama beberapa hari.

PENCOCOKAN JARINGAN

Pencangkokan jaringan dan organ merupakan suatu proses yang rumit. Dalam keadaan normal, sistem kekebalan akan menyerang dan menghancurkan jaringan asing (keadaan ini dikenal sebagai penolakan cangkokan). Untuk mengurangi beratnya penolakan tersebut, maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki kesesuaian yang semaksimal mungkin.
Untuk mencapai tingkai kesesuaian yang semaksimal mungkin, bilakukan penentuan jenis jaringan donor dan resipien.
Antigen adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan, yang ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia. Jika seseorang menerima jaringan dari donor, maka antien pada jaringan yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing.
3 antigen spesifik pada permukaan sel darah merah adalah A, B dan Rh, yang menentukan apakah akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah. Karena itu darah digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut.
Jaringan lainnya memiliki berbagai antigen, sehingg penyesuaian menjadi lebih mungkin terjadi. Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA) merupakan antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah. Semakin sesuai antigen HLAnya, maka kemungkinan besar pencangkokan akan berhasil.
Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan, jaringan dari donor dan resipien diperiksa jenis HLAnya. Pada kembar identik, antigen HLAnya benar-benar sama. Pada orang tua dan sebagian besar saudara kandung, beberapa memiliki antigen yang sama; 1 diantara 4 pasang saudara kandung memiliki antigen yang sama.

PENEKANAN SISTEM KEKEBALAN

Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak dikendalikan, maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak.
Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian.
Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan pengobatan.
Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
Penemuan obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan telah meningkatkan angka keberhasilan pencangkokkan.
Tetapi obat tersebut juga memiliki resiko. Pada saat obat menekan reaksi sistem kekebalan terhadap organ yang dicangkokkan, obat juga menghalangi perlawanan infeksi dan penghancuran benda asing lainnya oleh sistem kekebaln.
Penekanan sistem kekebalan yang intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada minggu-minggu pertama setelah pencangkokkan atau jika terlihat tanda-tanda penolakan.
Berbagai jenis obat bisa bertindak sebagai immunosupresan. Yang sering digunakan adalah kortikosteroid (misalnya prednison); pada awalnya diberikan melalui infus kemudian dalam bentuk obat yang diminum.
# Obat lainnya adalah: Azatioprin
# Takrolimus
# Mikofenolat mofetil
# Siklosporin
# Siklofosfamid (terutama digunakan pada pencangkokkan sumsum tulang)
# Globulin anti-limfosit dan globulin anti-timosit
# Antibodi monoklonal.


PENCANGKOKAN GINJAL

Untuk orang-orang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi, pencangkokan ginjal merupakan alternatif pengobatan selain dialisa dan telah berhasil dilakukan pada semua golongan umur.
Ginjal yang dicangkokkan kadang berfungsi sampai lebih dari 30 tahun. Orang-orang yang telah berhasil menjalani pencangkokkan ginjal biasanya bisa hidup secara normal dan aktif.

Transplantasi merupakan operasi besar karena ginjal dari donor harus disambungkan dengan pembuluh darah dan saluran kemih resipien.
Lebih dari duapertiga transplantasi berasal dari donor yang sudah meninggal, yang biasanya merupakan orang sehat yang meninggal karena kecelakaan. Ginjal dikeluarkan dari tubuh donor, didinginkan dan segera dibawa ke rumah sakit untuk dicangkokkan kepada seseorang yang memiliki jenis jaringan yang asama dan seru darahnya tidak mengandung antibodi terhadap jaringan.

Meskipun telah digunakan obat-obatan untuk menekan sistem kekebalan, tetapi segera setelah pembedahan dilakukan, bisa terjadi satu atau beberapa episode penolakan,
Penolakan ini bisa menyebabkan:
- peningkatan berat badan akibat penimbunan cairan
- demam
- nyeri dan pembengkakan di daerah tempat ginjal dicangkokkan.
Pemeriksaan darah mungkin menunjukkan adanya kemunduran fungsi ginjal. Untuk memperkuat diagnosis penolakan, bisa dilakukan biopsi jarum (pengambilan contoh jaringan ginjal dengan bantuan sebuah jarum untuk diperiksa dengan mikroskop).

Penolakan biasanya bisa diatasi dengan menambah dosis atau jumlah obat immunosupresan. Jika penolakan tidak dapat diatasi, berarti pencangkokkan telah gagal.
Ginjal yang ditolak bisa dibiarkan di dalam tubuh resipien, kecuali jika:
- demam terus menerus
- air kemih mengandung darah
- tekanan darah tetap tinggi.
Jika pencangkokkan gagal, maka harus segera kembali dilakukan dialisa.
Upaya pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih dari pencangkokkan yang pertama.

Kebanyakan episode penolakan dan komplikasi lainnya terjadi dalam waktu 3-4 bulan setelah pencangkokkan. Obat immunosupresan tetap diminum karena jika dihentikan bisa menimbulkan reaksi penolakan. Pemberian obat immunosupresan dihentikan jika timbul efek samping atau infeksi yang berat.

Resiko terjadinya kanker pada penerima ginjal adalah 10-15 kali lebih besar bila dibandingkan dengan populasi umum.
Resiko terjadinya kanker sistem getah bening adalah sekitar 30 kali lebih besar daripada normal, hal ini terjadi kemungkinan karena telah terjadi penekanan terhadap sistem kekebalan.


PENCANGKOKAN HATI

Penderita penyakit ginjal memiliki alternatif pengobatan dialisa, tetapi tidak demikian halnya dengan penderita penyakit hati yang berat. Jika hati sudah tidak berfungsi lagi, maka satu-satunya pilihan pengobatan adalah pencangkokkan hati.

Angka keberhasilan transplantasi hati lebih rendah daripada transplantasi ginjal, tetapi 70-80% resipien bertahan hidup minimal selama 1 tahun.
Mereka yang bertahan hidup kebanyakan adalah resipien yang hatinya telah mengalami kerusakan akibat sirosis bilier primer, hepatitis atau pemakaian obat yang merupakan racun bagi hati.
Tansplantasi hati sebagai pengobatan untuk kanker hati jarang berhasil. Kanker biasanya kembali tumbuh pada hati yang dicangkokkan atau pada organ lainnya dan kurang dari 20% resipien yang bertahan hidup selama 1 tahun.

Yang mengejutkan adalah bahwa reaksi penolakan pada transplantasi hati tidak sehebat reaksi penolakan pada transplantasi organ lainnya (seperti ginjal dan jantung). Tetapi setelah pembedahan harus diberikan obat immunosupresan.
Jika resipien mengalami pembesaran hati, mual, nyeri, demam, sakit kuning atau terdapat kelainan fungsi hati (yang diketahui dari hasil pemeriskaan darah), maka bisa dilakukan biposi jarum. Hasil biopsi akan membantu menentukan apakah hati yang dicangkokkan telah ditolahk dan apakah dosis obat immunosupresan harus ditingkatkan.


PENCANGKOKAN JANTUNG

Beberapa puluh tahun yang lalu tidak mungkin dilakukan, tetapi saat ini transplantasi jantung telah menjadi kenyataan.
95% resipien bisa lebih baik dalam melakukan olah raga dan kegiatan sehari-hari; lebih dari 70% resipien yang kembali bekerja.

Transplantasi jantung dilakukan pada penderita penyakit jantung yang paling serius dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan lainnya.

Setelah pembedahan, kepada resipien perlu diberikan obat immunosupresan.
Reaksi penolakan terhadap jantung biasanya berupa demam, lemah dan denyut jantung yang cepat atau abnormal.
Jantung yang tidak berfungsi dengan baik bis amenyebabkan tekanan darah rendah, pembengkakan dan penimbunan cairan di dalam paru-paru.
Penolakan yang sifatnya sangat ringan mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali tetapi bisa terlihat adanya perubahan pada EKG.

Jika diduga telah terjadi penolakan, biasanya dilakukan biopsi. Jika ternyata terbukti telah terjadi penolakan, maka dilakukan penyesuaian dosis obat immunosupresan.

Hampir separuh kematian pada resipien jantung disebabkan oleh infeksi.
Komplikasi lainnya adalah aterosklerosis yang timbul pada arteri koroner dari 25% resipien.


PENJANGKOKAN PARU-PARU & JANTUNG-PARU

Beberapa tahun terakhir ini, transplantasi paru-paru telah menunjukkan kemajuan yang pesat. Biasanya hanya 1 paru-paru yang dicangkokkan, tetapi kadang dilakukan transplantasi kedua paru-paru.
Jika penyakit paru-paru juga telah menyebabkan kerusakan pada jantung, kadang transplantasi paru-paru digabungkan dengan transplantasi jantung.
Transplantasi paru-paru harus dilakukan segera setelah paru-paru diperoleh karena proses pengawetannya sulit.

Paru-paru bisa berasal dari donor hidup maupun donor yang baru meninggal. Dari donor hidup, hanya 1 paru-paru yang bisa diambil dan biasanya hanya 1 lobus yang didonorkan.

80-85% resipien bertahan hidup minimal selama 1 tahun dan sekitar 70% bertahan hidup selama 5 tahun.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada resipien:
- Infeksi
- Penyembuhan yang jelek pada titik persambungan saluran udara
- Penyumbatan saluran udara akibat pembentukan jaringan parut
- Penutupan saluran udara yang kecil (merupakan komplikasi lanjut yang bisa menjadi pertanda adanya penolakan yang terjadi secara bertahap).

Penolakan terhadap transplantasi paru-paru sulit untuk diketahui, dinilai dan diobati. Pada lebih dari 80% resipien, penolakan terjadi dalam beberapa bulan setelah pembedahan.
Penolakan bisa menyebabkan demam, sesak nafas dan lemah (kelemahan terjadi akibat berkurangnya oksigen dalam darah).
Penolakan diatasi dengan melakukan penyesuaian dosis obat immunosupresan.


PENCANGKOKAN PANKREAS

Transplantasi pankreas hanya dilakukan pada penderita diabetes tertentu.
Tujuan dari pencangkokkan adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes dan terutama untuk mengontrol kadar gula darah secara lebih efektif.
Penelitian telah menunjukkan bahwa transplantasi pankreas dapat memperlambat atau menghilangkan komplikasi dari diabetes. Tetapi kebanyakan penderita tidak cocok menjalani transplantasi dan transplantasi biasanya hanya dilakukan pada penderita yang kadar gula darahnya sangat sulit dikendalikan serta penderita yang belum mengalami komplikasi yang serius.

Lebih dari 50% resipien memili kadar gula darah yang normal dan seringkali tidak perlu menggunakan insulin lagi.
Resipien harus mengkonsumsi obat immunosupresan karena itu mereka memiliki resiko mengalami infeksi dan komplikasi lainnya.


PENCANGKOKAN SUMSUM TULANG

Pencangkokkan sumsum tulang pertama kali digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu dan anemia aplastik.
Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian pencangkokkan sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pencangkokkan sumsum tulang dilakukan pada wanita penderita kanker payudara dan anak-anak yang menderita kelainan genetik tertentu.
Jika penderita kanker menjalani kemoterapi dan terapi penyinaran, maka sel-sel penghasil darah yang normal di dalam sumsum tulang juga bisa dihancurkan bersamaan dengan sel-sel kanker. Tetapi kadang pada saat menerima kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulang penderita bisa dikeluarkan dan kemudian disuntikkan kembali setelah kemoterapi selesai. Karena itu, penderita kanker bisa menerima terapi penyintaran dan kemoterapi dosis tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker.

Jenis HLA resipien harus menyerupai jenis HLA donor, karena itu biasanya donor berasal dari keluarga dekat.
Prosedurnya sendiri adalah sederhana. Biasanya dalam keadaan terbius total, sumsum tulang diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah jarum. Kemudian sumsum tulang tersebut disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan berakar di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai membelah. Pada akhrinya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru.

Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki resiko karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi.
Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi.
Resiko lainnya adalah penyakit graft-versus-host), dimana sumsum tulang yang baru menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologis menyerang sel-sel resipien.


TRANSPLANTASI ORGAN LAINNYA

Orang yang mengalami luka bakar yang sangat luas atau kerusakan kulit luas lainnya bisa menjalani pencangkokkan kulit (skin graft).
Cara terbaik untuk melakukan skin graft adalah dengan mengambil kulit yang sehat dari bagian tubuh lainnya dan mencangkokkannya pada bagian tubuh yang memerlukan. Jika hal tersebut tidak mungkin dilakukan, untuk sementara waktu bisa diambil kulit dari donor atau hewan (misalnya babi) sampai tumbuhnya kulit baru yang normal.

Tulang rawan kadang dicangkokkan pada anak-anak, biasanya untuk memperbaiki kelainan pada telinga atau hidung. Kartilago donor jarang diserang oleh sistem kekebalan tubuh resipien.

Pada transplantasi tulang, biasanya bahan tulang diambil dari bagian tubuh lainnya untuk dicangkokkan pada bagian tubuh yang memerlukan.
Transplantasi tulang dari donor tidak dapat bertahan, tetapi bisa merangsang pertumbuhan tulang baru dan merupakan jembatan serta stabilisator yang baik sampai terbentuknya tulang yang baru.

Transplantasi usus halus masih bersifat coba-coba dan bisa dilakukan pada orang-orang yang ususnya telah mengalami kerusakan akibat penyakit atau ususnya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.

Retinitis Pigmentosa

DEFINISI
Retinitis Pigmentosa adalah suatu kemunduran yang progresif pada retina yang mempengaruhi penglihatan pada malam hari dan penglihatan tepi dan pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

PENYEBAB
Retinitis pigmentosa merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi.
Beberapa bentuk penyakit ini diturunkan secara dominan, hanya memerlukan 1 gen dari salah satu orang tua; bentuk yang lainnya diturunkan melalui kromosom X, hanya memerlukan 1 gen dari ibu.

Penyakit ini terutama menyerang sel batang retina yang berfungsi mengontrol penglihatan pada malam hari.
Pada retina bisa ditemukan pigmentasi yang berwarna gelap.

GEJALA
Gejala awal seringkali muncul pada awal masa kanak-kanak.

Sel batang pada retina (berperan dalam penglihatan pada malam hari) secara bertahap mengalami kemunduran sehingga penglihatan di ruang gelap atau penglihatan pada malam hari menurun.
Lama-lama terjadi kehilangan fungsi penglihatan tepi yang progresif dan bisa menyebabkan kebutaan.

Pada stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi penglihatan sentral.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata dengan oftalmoskop.

# Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan retina: Ketajaman penglihatan
# Tes refraksi
# Gangguan pengenalan warna
# Respon refleks pupil
# Pemeriksaan slit lamp
# Tekanan intraokuler
# USG mata
# Fotografi retina
# Angiografi fluoresensi
# Elektroretinogram.

PENGOBATAN
Belum ada pengobatan yang efektif untuk retinitis pigmentosa.
Pemakaian kaca mata gelap untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet bisa mempertahankan fungsi penglihatan.

Meskipun masih dalam perdebatan, penelitian terakhir menunjukkan bahwa pemberian antioksidan (misalnya vitamin A palmitat) bisa menunda perkembangan penyakit ini.

Penderita dianjurkan untuk berkunjung secara teratur kepada spesialis mata untuk memantau terjadinya katarak atau pembengkakan retina.

PENCEGAHAN
Penyuluhan genetik bisa membantu menemukan adanya resiko retinitis pigmentosa dalam suatu keluarga.

April 21, 2010

hy Hipertensi...

Ditengah menjamurnya makanan siap saji yang banyak mengandung lemak dan perubahan gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan, maka penyakit penyakit sebagai imbas dari perubahan gaya hidup itu pun akan bermunculan semakin banyak. Salah satu penyakit tersebut adalah Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi.

Mungkin banyak dari kita yang kurang tahu apa yang dimaksud dengan Hipertensi, secara garis besar Hipertensi dapat didefinisikan sebagai penyakit yang umum timbul di dalam masyarakat yang merupakan peningkatan yang persisten dari tekanan pembuluh darah arteri, yaitu tekanan diastolik diatas 95 mmHg. Tekanan darah normal biasanya tekanan sistolik tidak melebihi 140 mmHg dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Namun patokan tekanan darah normal tersebut individual sifatnya.

Penyebab
Sebanyak 90 % kasus penyebab tidak diketahui. Namun dapat juga sekunder akibat penyakit jantung/ginjal, diabetes, atau tumor dari kelenjar adrenal, obat-obatan, maupun kehamilan.

Faktor Risiko
Merokok/minum alkohol, pola makan banyak garam dan lemak, kurang berolah raga, obesitas, dan stress.

Gejala dan Tanda
Biasanya tidak ada gejala sampai timbul komplikasi.

Komplikasi
Stroke
Kegagalan jantung
Kerusakan ginjal.

Pencegahan
Setelah umur 30 tahun, periksa tekanan darah setiap tahun.
Jangan merokok/minum alkohol
Kurangi berat badan bila berlebihan
Lakukan latihan aerobik
Pelajari cara-cara mengendalikan stres.

Penatalaksanaan

Pengelolaan terhadap penderita hipertensi adalah :
Pengobatan tanpa obat, antara lain : diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh, peredaan stress emosional, berhenti merokok/alkohol, dan latihan fisik ringan dan teratur.
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

Bagimana?…mengerikan bukan?…Hipertensi sebenarnya gampang banget dicegah (kecuali yang tipe genetik), sayangnya upaya upaya pencegahan tersebut selalu terkendala dari sisi diri kita sendiri…;)

ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI




Epilepsi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan manifestasi klinik daripada lepasnya mutan listrik yang berlebihan dari sel-sel neuron di otak yang ditandai oleh serangan yang datang berulang-ulang. Epilepi berasal dari kata “epilambanain” yang berarti serangan.

A. Etiologi
- Kelainan bawaan pada otak.
- Cedera otak pada waktu lahir
- Radang otak (encepalitis)
- Trauma kapitis gangguan peredaran darah otak
- Tumor otak
- Sebagian kasus tidak ditemukan penyebabnya (epilepsy idiopatik)

B. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya serangan epilepsi ialah :
- Adanya focus yang bersifat hipersensitif (focus epilesi) dan timbulnya keadaan depolarisasi parsial di jaringan otak
- Meningkatnya permeabilitas membran.
- Meningkatnya senstitif terhadap asetilkolin, L-glutamate dan GABA (Neuro Transmitter Inhibisi)
Fokus epilepsy dapat menjalar ke tempat lain dengan lepasnya muatan listrik sehingga terjadi ekstasi, perubahan medan listrik dan penurunan ambang rangasang yang kemudian menimbulkan letupan listrik masal.
Bila focus tidak menjalar kesekitarnya atau hanya menjalar sampai jarak tertentu atau tidak melibatkan seluruh otak, maka akan terjadi bangkitan epilepsy fokal (parsial).

C. Klasifikasi Epilepsi
1. Berdasarkan penyebabnya dapat dibagi :
b. Epilepsi idiopatik : bila tidak di ketahui penyebabnya.
c. Epilepsi simtomatik : bila ada penyebabnya
2. Berdasarkan letak focus epilepsy atau tipe bangkitan:
Menurut klasifikasi Internasional Bangkitan Epilepsi (1981)
a. Bangkitan parsial atau fokal (partial seizure)
b. Bangkitan parsial sederhana (simple Partial)
- Motorik
- Sensorik
- Otonom
- Psikis
c. Bangkitan partial komplek (disertai gangguan kesadaran)
d. BAngkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum
e. Bangkitan umum (Konvulsif atau non. Lonvulsif)
- Bangkitan Lena (absences) atau petit mal
- Bangkitan tonik-tonik atau Grand Mal
- Bagkitan mioklonik
- Bangkitan klonik
- Bangkitan tonik
- Bangkitan anatomic
f. Bangkitan yang tidak terklarifikasi


Manajemen Epilepsi :
1. Pastikan diagnosa epilepsy dan mengadakan explorasi etiologi dari epilepsi
2. Melakukan terapi simtomatik
3. dalam memberikan terapi anti epilepsy yang perlu diingat sasaran pengobatan yang dicapai, yakni:
- pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.
- Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf pusat yang normal.
- Penderita dpat memiliki kualitas hidup yang optimal.
Tipe Serangan Epilepsi :
1. Grand Mall
Serangan Tiba-tiba klien jatuh sambil teriak, pernafasan sejenak berhenti, seluruh tubuh menjadi kaku. Kemudian muncul gerakan tonik klonik. Gerakan tonik ini sangat kuat sehingga tulang dapat patah dapat patah dan lidah dapai
Sebelum terjadi serangan gran mall klien dapat memperlihatkan gejala-gejala prodromal yaitu irritabilitas (cepat marah/tersinggung), pusing, sakit kepala, atau bersikap defresip.
2. Petit Mal
Serangan yang berupa kehilangan kesadaran sejenak, biasanya serangan ini timbul pada anak-anak yang berumur 4-8 tahun. Pada waktu kesadaran hilang untulk beberapa detik, tonus otot tidak hilang sehingga klien tidak jatuh. Lamanya serangan anatara 5-10 detik. Kedua mata menatap secara hampa ke depan atau berputar keatas sambil melepaskan benda yang di pegangnya atau berhenti berbicara dan setelah sadar klien lupa apa yang sudah terjadi. Serangan petit mal akan berhenti seterusnya bila klien berumur 20 tahun atau menjelang 30 tahun. Tetapi ada kemungkinan petit mal dapat berkembang menjadi grand mal pada usia 20 tahun.
3. Mio klonik
- Muncul gerakan involunter sekelompok otot skeletal yang timbul secara tiba-tiba
- Biasanya merupakan manfestasi bermacam-macam kelainan neurologik (degeneratif ponto cerebeler, meilitis) atau non neurologik (Urema, hepatic failure).
- Biasanya tidak ada kehilangan kesadaran.
4. Klonik
- serangan epileptic yang bangkit akibat lepas muatan listrik di daerah korteks serebri.
- Motorik : gerakan involunter salah satu anggota gerak, wajah, rahang bawah, pita suara (vokalisasi) dan kolumna vertebralis
- Sensorik : merasa nyeri, panas dingin, parestesia daerah kulit setempa, skotoma tinnitus, mencium bau barang busuk, mengecap rasa logam, invertigo, mual, muntah, perut mules atau afasia.
- Autonom : Mual, muntah, dan hiperdosis setempat
- Halusinasi
- Ilusi Yang disebut De Javu
- Pearasaan curiga yaitu perasaan seolah-pikirannya memaksa sesuatu.
- Automatismus
5. Status Epileptikus
Yaitu serangan epilepsy yang terjadi berulang-ulang dan sering serangan ini pada umumnya tonik-klonik dan merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera ditangani karena dapat berakibat kerusakan otak permanent. Penyebabnya adalah : peningkatan suhu yang tinggi, obat epileptic yang dihentikan, atau penyebab lain yaitu gangguan metabolic.

Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif, antara lain :
1. riwayat kes. Klien yang berhubungan dengan factor resiko bio-psiko-spiritual. Kapan klien mulai serangan, pada usia berapa. Frekuansi serangan, ada factor presipitasi seperti suhu tinggi, kurang tidur, dan emosi yang labil. Apakah pernah menderita sakit berat yang disertai hilangnya kesadaran., kejang, cedera otak operasi otak,. Apakah klien terbiasa menggunakan obat-obat penenang atau obat terlarang, atau mengkonsumsi alcohol.
Klien mengalami gangguan ionteraksi dengan orang lain / keluarga karena malu ,merasa rendah diri, ketidak berdayaan, tidak mempunyai harapan dan selalu waspada/berhati-hati dalam hubungan dengan orang lain.
2. Riwayat kesehatan keluarga, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi kemungkin masalah yang sama pada keluarga
3. Klien dapat mengeluhkan kelemahan/ lelah dan kurang mampu melakukan aktifitas sehari-hari.
DataObjektif:
1. Dari pemeriksaan fisik didapat penurunan kekuatan otot
2. Data pada saat serangan dijumpai:
 Perubahan pada tanda-tanda vital berupa peningkatan tekanandarah, denyut nadi meningkat dan cianosis.
 Inkontinensia urin dan fekal
 Perlukaan paga gusi dan lidah
 Ada riwayat nyeri, kehilangan kesadaran/pingsan, kehilangan kesadaran sesaat
 klien menangis, jatuh kelantai, disertai komponen motorik seperti kejang tonik klonik
 mioklonik, tonik, klonik, atonik. Klien menggigit lidah. mului. berbuih, ada
 inkontinensia urin dan fekal, bibir dan muka cianosis, mata dan kepala bergerak
 memutar-mutar pada satu posisi atau keduanya
4. Data setelah Serangan
 Setelah serangan tanda-tanda vital mungkin bcrubah
 Kiien mengalami lethargi, bingung, otot sakit, gangguan bicara, nyeri kepala.
 Perubahan dalam gerakan misalnya hemiplegi/hemiparese sementara.
 Klien lupa atau sedikit ingat terhadap kejadian yang menimpa dirinya.
 Terjadi perubahan kesadaran/tidak, pernafasan, denyut jantung.
 Ada perlukaan/cedera.
5. Gusi mengalami hiperplasi karena efek samping penggunaan Dilantin

Masalah Keperawatan :
Masalah keperawatan yang mungkin dijumpai pada klien dengan epilepsi antara lain :
1. Potensial terjadinya kecelakaan fisik, dan tubuh kekurangan oksigen
Kemungkinan penyebab
Terjadinya serangan yang akan menyebabkan hilangnya koordinasi otot-otot tubuh,
kelemahan, keterbatasan, pengobatan, ketidakseimbangan emosional, penurunan tingkat
kesadaran
Tujuan dan kriteria evaluasi
 Klien dapat mengidentifikasi faktor presipitasi serangan dan dapat meminimalkan/menghindarinya.
 Klien memperlihatkan tingkah laku yang kooperatif dan menghindari dari penyebab terjadinya trauma.
Intervensi Keperawatan
a. Bersama klien mengidentifikasi faktor yang dapat menyebabkan serangan tiba-tiba.
b. Bila serangan terjadi , hindarkan klien dari benturan fisik khususnya kepala
c. Observasi tanda-tanda vital, gunakan thermometer axilla
d. Dampingi klien saat serangan berlangsung untuk mencegah bahaya luka fisik, aspirasi, lidah tergigit.
e. Miringkan; kepala untuk mencegah aspirasi
f. Gunakan spatel lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang
g. Hindarkan alat-alat yang membahayakan dari dekat klien
h. Longgarkan pakaian yang sempit.
i. Catat semua gejala, tipe serangan epilepsi, lama serangan dan kejadian-kejadian saat serangan.
j. Setelah klien sadar, diskusikan tentang tanda-tanda serangan yang mendadak
Tindakan Kolaboratif
a. Berikan obat-obatan sesuai program, misal anti apileptik, luminal, diazepam, glukose, thiamine dan lain-lain
b. Monitor dan catat efek samping obat-obat yang digunakan klien
c. Monitor tingkat keseimbangan elektrolit, glucose

2. Potensial tidak efektif jalan nafas/pola nafas
Kemungkinan penyebab
Sumbatan tracheobronchial, menurunnya kesadaran
Tujuan dan Kriteria hasil
Jalan nafas/pola nafas efektif, tidak terjadi aspirasi
Intervensi Keperawatan
a. Bila klien tidak sadar, jaga agar jalan nafas tetap lancar dan terbuka.
b. Observasi tanda vital
c. Pertahankan agar makanan dan cairan / elektrolit tetap seimbang, bila perlu beri cairan/makan perparenteral atau enteral sesuai kolaborasi.
d. Bila terdapat lendir dijalan nafas lakukan suction bila perlu
e. Kaji apakah klien ingat terhadap kejadian tersebut
f. Identifikasi apakah terjadi perlukaan pada tubuh klien
g. Bila klien gelisah, beri penghalang dikedua sisi tempat tidur
Tindakan Kolaboratif
a. Beri oksigen sesuai program terapi
b. Pemasangan intubasi endotrakheal
c. Monitor intubasi, bila terpasang


3. Gangguan konsep diri : harga diri yang rendah, identitas diri tidak jelas
Kemungkinan penyebab Ketidakmampuan klien mengatasi krisis, koping yang tidak adekuat dan kurangnya dukungan keluarga.
Tujuan dan Kriteria hasil:
 Klien dapat mengidentifikasi perasaan, pola koping yang positif/negatif.
 Klien dapat melakukan interaksi sosial yang positif dengan lingkungannya.
 Klien dapat menggunakan pola koping yang adaptif.
Intervensi Keperawatan:
a. Diskusi tentang perasaan yang dihadapi klien
b. Dorong klien untuk Mengekspresikan fikiran dan perasaannya
c. Kaji kemampuan klien dalam menggunakan pola koping yang positif untuk meningkatkan harga diri klien sehingga dapat hidup bermasyarakat
d. Anjurkan klien untuk mengikuti kelompok penderita yang mendenta epilepsi
e. Konsultasikan klien dengan psikolog

4. Kecemasan pada klien dan keluarga
Kemumgkinan penyebab
Keterbatasan pengetahuan, informasi yang salah terhadap keadaan yang dideritanya, kegagalan pengobatan.
Tujuan dan Kriteria hasil
Klien dan keluarga mengerti penyakit dan penyebabnya.
Klien dan keluarga dapat mengerti dan mengidentifikasi macam-macam stimulus yang dapat mengakibatkan serangan
lntervensi Keperawatan
 Kaji keadaan patologi/kondisi klien dan pengobatan yang pernah didapat klien
 Diskusikan tentang penitingnva kontrol dau minum obat secara teratur
 Jelaskan pada klien tentang keadaan yang sedang dihadapi klien.
 Jelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan seperti :
 Penggunaan obat anti epilepsi yang tidak tepat baik dosis, waklu dan jadwal penggunaannya.
 Obat-obatan anti epilepsi yang tidak cocok
 Kurang / tidak tidur
 Stress emosional
 Perubahan hormonal, misalnya hamil, menstruasi
 Nutrisi yang buruk
 Cairan dan elektrolit yang tidak seimbang
 Alkohol/obat-obatan
 Jelaskan kondisi-kondisi vang harus dihindarkan seperti pekerjaan yang membahayakan misalnya bekerja di pabrik dsb, mengendarai mobil, olah raga berat dan rekreasi yang mebahayakan seperti naik gunung/ panjat tebing dsb, berenang, kehamilan, minum alkohol/obat terlarang
 Anjurkan klien untuk selalu membawa tanda pengenal bila bepergian.

http://ifacute.student.umm.ac.id/files/2010/02/otak2.jpg
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUMOR OTAK


http://yuli88.files.wordpress.com/2008/02/tumor-meningioma-maligna.jpg

Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak

Klasifikasi Tumor Otak :
1. Tumor yang berasal dari lapisam otak (meningioma dural)
2. Tumor yang berkembang didalam / pada syaraf kranial
3. Tumor yang berasal didalam jaringan otak
4. Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh mana saja

Patofisiologi :
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

Tanda dan Gejala
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2. Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3. Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
6. Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
7. Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas esndi

Tanda dan Gejala Umum :
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah bila batuk, membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori
6. Gangguan alam perasaa

Trias Klasik ;
- Nyeri kepala
- Papil oedema
- Muntah

Pemeriksaan Diagnostik ;
1. Rontgent tengkorak anterior-posterior
2. EEG
3. CT Scan
4. MRI
5. Angioserebral

Pengkajian :
1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll
2. Riwayat kesehatan :
- keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat Kesehatan lalu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan fisik :
• Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
• Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
• Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
• Jantung : bradikardi, hipertensi
• Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
• Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
• Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi
Tindakan :
- Bebaskan jalan nafas
- Pantau vital sign
- Monitor pola nafas, bunyi nafas
- Pantau AGD
- Monitor penururnan gas darah
- Kolaborasi O2
2. Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Tindakan :
- pantau skala nyeri
- Berikan kompres dimana pada area yang sakit
- Monitor tanda vital
- Beri posisi yang nyaman
- Lakukan Massage
- Observasi tanda nyeri non verbal
- Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang
- Catat adanya pengaruh nyeri
- Kompres dingin pada daerah kepala
- Gunakan teknik sentuham yang terapeutik
- Observasi mual, muntah
- Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan, prednison, antiemetik
3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Tujuan : tidak terjadi cidera
Tindakan :
- Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
- Pantau tingkat kesadaran
- Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
- Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,
- Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
Tindakan :
- kaji rentang perhatian
- Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang
- Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf sebanyak mungkin
- Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis
- Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif
- Dengarkan klieen dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien/keluarga
- Instruksikan untuk melakukan rileksasi
- Hindari meninggalkan klien sendiri
5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang
Tindakan :
- Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
- Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
- Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
- Pantau tekanan darah
- Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur
- Pantau suhu lingkungan
- Pantau intake, output, turgor
- Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk, untah
- Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
- Tinggikan kepala 15-45 derajat
6. Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur
Tujuan : rasa cemas berkuang
Tindakan :
- kaji status mental dan tingkat cemas
- Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala
- Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan piiran dan perasaan takut
- Libatkan keluarga dalam perawatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, E Marylin (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
2. Engram, Barbara (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
3. FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius
4. Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika
5. Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
6. Ganong, WF, (1996), Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC
7. Talbot, LA (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta, EGC

ASKEP HEPATOMA

2.2.1 Pengertian Hepatoma
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma.
Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati.
Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnyaadalah virus hepatitis B dan C.

2.2.2. Faktor Penyebab Hepatoma
Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirrhosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini.
Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker hati ini adalah aflatoksinB1 yaitu racun yangdihasilkan oleh sejenis jamur Aspergillus flavus yang terkontaminasi dan melekat pada permukaan makanan seperti beras, kacang, gandum, jagung, dan kacang kedelai yang disimpan pada tempat yang panas dan lembab. AflatoksinB1 yang ikut masuk ke tubuh melalui makanan diperkirakan dapat memicu mutasi P53 gene di dalam sel hati yang seterusnya menimbulkan kanker sel hati.
Bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker) tertentu juga menyebabkan hepatoma. Di daerah subtropis, dimana hepatoma banyak terjadi, makanan sering tercemar oleh bahan karsinogenik yang disebut aflatoksin, yang dihasilkan oleh sejenis jamur Bahan-bahan Hepatokarsinogenik SEPERTI:
 Aflatoksin
 Alkohol
 Penggunaan steroid anabolic
 Penggunaan androgen yang berlebihan
 Bahan kontrasepsi oral
 Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosi)

2.2.3. Gejala-Gejala Hepatoma
Hepatoma seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, malah banyak tanpa keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa.
Keluhan utama yang sering adalah :
• Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas
• Nafsu makan berkurang,
• Berat badan menurun, dan rasa lemas.
• Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.
Jika gejala tampak, biasanya sudah stadium lanjut dan harapan hidup sekitar beberapa minggu sampai bulan..Pemeriksaan Alfa Feto Protein(AFP) sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit hepatoma ini Penggunaan ultrasonografi ( USG ), Computed Tomographic Scanning (CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan mengetahui ukuran tumor.
2.2.4. Deteksi Dini Hepatoma
Dengan perkembangan teknologi yang kian canggih dan kian maju pesat, maka berkembang pulalah cara-cara diagnosa dan terapi yang lebih menjanjikan dewasa ini. Kanker hati selular yang kecil pun sudah bisa dideteksi lebih awal terutamanya dengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 – 95% dan pendekatan laboratorium alphafetoprotein yang akurasinya 60 – 70%.
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia), yaitu:
a. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
b. AFP (Alphafetoprotein)yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
c. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS.
d. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
e. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu yaitu kriteria empat atau lima.
2.2.5 Patofisiologi Hepatoma
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
2.2.6. Stadium Hepatoma
Stadium I : Satu fokal tumorberdiameter \ hati.
Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati.
- atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct)
- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis)
- atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)

2.2.7. Pemeriksaan Laboratorium
Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS 60% – 70%, artinya hanya pada 60% – 70% saja dari penderita kanker hati ini menunjukkan peninggian nilai AFP, sedangkan pada 30% – 40% penderita nilai AFP nya normal. Spesifitas AFP hanya berkisar 60% artinya bila ada pasien yang diperiksa darahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa dipastikan hanya mempunyai kanker hati ini sebab AFP juga dapat meninggi pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis hati dan hepatitis kronik, kanker testis, dan terratoma.
A .BIOPSI
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy) terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu hepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi anatomi ini hendaknya dipandu oleh seorang ahli radiologi dengan menggunakan peralatan ultrasonografi atau CT scann fluoroscopy sehingga hasil yang diperoleh akurat. Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh USG ataupun CTscann mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan dibiopsi dapat terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persis menuju tumor, sehingga jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi karena benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.
B .RADIOLOGI
Pesatnya kemajuan teknologi dan komputer membawa serta juga kemajuan dalam bidang radiologi baik peralatannya maupun teknologinya dan peningkatan keahlian dokter spesialis radiologi di bidangnya sehingga dengan demikianmenghantarkan radiologi berada di barisan depan dalam penanggulangan penyakit kanker hati ini dan membuktikan pula dirinya berperan sangat penting untuk mendeteksi kanker hati stadium dini dan berperan sangat menentukan dalam pengobatannya.
Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu buah,dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau berkelompok di dalam hati kanan atau kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul.
Dengan peralatan radiologi yang baik dan ditangani oleh dokter spesialisradiologi yang berpengalaman sudah terjamin dapat mendeteksi tumor dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapatlah menjawab semua pertanyaan seputar kanker ini antara lain berapa banyak nodule yang dijumpai, berapa segment hati yang terkena, bagaimana aliran darah ke kanker yang dilihat itu apakah sangat banyak (lebih ganas), apakah sedang (tidak begitu ganas) atau hanya sedikit (kurang ganas), yang penting lagi apakah ada sel tumor ganas ini yang sudah berada di dalam aliran darah vena porta, apakah sudah ada sirrhosis hati, dan apakah kanker ini sudah berpindah keluar dari hati (metastase) ke organ-organ tubuh lainnya.
Kesemua jawaban inilah yang menentukan stadium kankernya, apakah pasien ini menderita kanker hati stadium dini ataustadium lanjut dan juga menentukan tingkat keganasan kankernya sehingga dengan demikian dapatlah ditaksir prognosanya, penderita dapat disembuhkan sehingga bisa hidup lama atau sudah memang tak tertolong lagi dan tak dapat bertahan hidup lebih lama lagi dari 6 bulan.

C . ULTRASONOGRAFI
Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen). Bila ada kanker langsung dapat terlihat jelas berupa benjolan (nodule) berwarna kehitaman, atau berwarna kehitaman campur keputihan dan jumlahnya bervariasi pada tiap pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada seluruh hati, ataukah satu nodule yang besar dan berkapsul atau tidak berkapsul. Sayangnya USG conventional hanya dapat memperlihatkan benjolan kanker hatidiameter 2 cm – 3 cm saja. Tapi bila USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik sistem bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm – 2 cm13, namun nilai akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%.
Rendahnya nilai akurasi ini disebabkan walaupun USG conventional ini dapat mendeteksi adanya benjolan kankernamun tak dapat melihat adanya pembuluh darah baru(neo-vascular). Neo-vascular merupakan ciri khas kanker yaitu pembuluh darah yang terbentuk sejalan dengan pertumbuhan kanker yang gunanya untuk menghantarkan makanan dan oksigen ke kanker itu. Semakin banyak neo-vascular ini semakin ganas kankernya. Walaupun USG color yang sudah dapat memberikan warna dan mampu memperlihatkan pembuluh nodule tetapi belum dapat memastikan keberadaan neo-sehingga dengan demikian akurasi diagnostik hanya sedikit bertambah menjadiberkisar 60% – 70%.
Dengan pesatnya perkembangan Color Doppler Flow Imaging (CDFI) yaitu USG yang selain mampu melihat pembuluh darah di sekitar kanker juga mampu pula memperlihatkan kecepatan dan arah aliran darah di dalam pembuluh darah itu, sehingga dapat ditentukan resistensi index dan pulsatily index yang dengan demikian sudah dapat memastikan apakah pembuluh darah yang mengelilingi noduleitu adalah benar neo-vascularisasi dan berapa banyak . Dengan dapat dipastikan keberadaan neo-vascularisasi ini makameningkat jadi 80%.
Neo-vascularisasi yang baru masih bisa dilihat dengan cara diberikan suntikan zat kontras pada penderita sewaktu dilakukan pemeriksaan CDFI USG, zat kontras itu mampu menembus masuk ke dalam neo-vascularisas yang menyusup di nodule. Dengan demikian akurasi diagnosa meningkat menjadi 90% dari 1 cm. Dengan Color Doppler Flow Imaging USG ini juga memungkinkan kita melihat apakah ada portal vein tumor thrombosis yaitu sel-sel kanker (tumor thrombus) yang lepas dan masuk ke dalam vena Porta.
Penting sekali memastikan keberadaantumor thrombus di dalam vena porta ini karena thrombus ini dapat menyumbat aliran darah. Pada keadaan normal semua makanan yang telah dicernakan oleh usus akan dihantarkan ke hati tumor thrombus maka hati sehingga sel-sel hati akan mati (necrosis) secara perlahan tetapi pasti dan ini sangat membahayakan penderita karena dapat terjadi gagal hati (liver Tumor thrombus ini bisa ukurannya besar sehingga menutup kecil, dan hanya menutup sebahagian lumen USG ini sudah bisa diarahkan dengan tepat tindakan pengobatan apa yang paling sesuai dan bermanfaat untuk penderita apakah akan dilakukan (reseksi hepatektomi partial) atau operasi membuang sebahagian hati (reseksi hepatektomi partial) atau tidak, apakah bisa di-embolisasi atau tidak ataukah hanya dilakukan infus kemoterapi intra-arterial saja. Tapi bila sudah jelas terdapat tumor thrombus di dalam vena porta dan sudah pula menyumbat vena ini, maka tindakan operatif dan embolisasi sudah hampir tidak berarti lagi dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan penderita adalah dengan cara transplantasi hati (liver transplantation).
D . CT SCAN
Di samping USG diperlukan CT scannsebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar yang dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja. CTscann yang saat ini teknologinya berkembang pesat telah pula menunjukkan akurasi yang tinggi apalagi dengan menggunakan teknik hellical CTscann, multislice yang sanggup membuat irisan-irisan yang sangat halus sehingga kanker yang paling kecil pun tidak terlewatkan. Lebih canggih lagi sekarang CTscann sudah dapat membuat gambar kanker dalam tiga dimensi dan empat dimensi dengan sangat jelas dan dapat pula memperlihatkan hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.
E .ANGIOGRAFI
Dicadangkan hanya untuk penderita kanker hati-nya yang dari hasil pemeriksaan USG dan CTscann diperkirakan masih ada tindakan terapi bedah atau non-bedah masih yang mungkin dilakukan untuk menyelamatkan penderita. Pada setiap pasien yang akan menjalani operasi reseksi hati harus dilakukan pemeriksaan angiografi.
Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya.
Lebih lengkap lagi bila dilakukan CT angiographyyang dapatmemperjelas batas antara kanker dan jaringan sehat di sekitarnya sehingga ahli bedah sewaktu melakukan operasi membuang kanker hati itu tahu menentukan di mana harus dibuat batas sayatannya.

F .MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Bila CTscann mengunakan sinar X maka MRI ini menggunakan gelombang magnet tanpa adanya Sinar X. CT angiography menggunakan zat contrast yaitu zat yang diperlukan untuk melihat pembuluh darah. Tanpa zat ini pembuluh darah tak dapat dilihat.
Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif bila ada gambaran CTscann yang meragukan atau pada penderita yang ada risiko bahaya radiasi sinar X dan pada penderita yang ada kontraindikasi (risiko bahaya) pemberian zat contrast sehingga pemeriksaan CTangiography tak memungkinkan padahal diperlukan gambar peta pembuluh darah. MRI yang dilengkapi dengan perangkat lunak Magnetic ResonanceAngiography (MRA) sudah pula mampu menampilkan dan membuat peta pembuluh darah kanker hati ini.11Sayangnya ongkos pemeriksaan dengan MRI dan MRA ini mahal, sehingga selaluCT scann yang merupakan pilihan pertama.
G .PET (Positron Emission Tomography)
Salah satu teknologi terkini peralatan kedokteran radiologi adalah Positron Emission Tomography (PET) yang merupakan alat pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini.
Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap sel-sel yang terkena kanker. PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker hati sehingga tindakan lanjut penanganan kanker ini serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di samping itu juga dapat melihat metastase (penyebaran).
Sayangnya alat ini terlalu mahal harganya sehingga biaya pemeriksaannya sangat tinggi dan tak terjangkau oleh banyak penderita kanker hati.
2.2.8. Pengobatan
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap tindakan pengobatan terbagi tiga, yaitu tindakan bedah hati digabung dengantindakan radiologi dan tindakan non-bedah dan tindakan transplantasi (pencangkokan) hati.
1.Tindakan Bedah Hati Digabung dengan Tindakan Radiologi
Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan bedah yaitu reseksi (pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan juga reseksi daerah sekitarnya.
Pada prinsipnya dokter ahli bedah akan membuang seluruh kanker dan tidak akan menyisakan lagi jaringan kanker pada penderita, karena bila tersisa tentu kankernya akan tumbuh lagi jadi besar, untuk itu sebelum menyayat kanker dokter ini harus tahu pasti batas antara kanker dan jaringan yang sehat.
Radiologilah satu-satunya cara untuk menentukan perkiraan pasti batas itu yaitu dengan pemeriksaan CT angiography yang dapat memperjelas batas kanker dan jaringan sehat sehingga ahli bedah tahu menentukan di mana harus dibuat sayatan. Maka harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu sebelum dioperasi.
Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh darah kanker sehingga jelas terlihat pembuluh darah mana yang bertanggung jawab memberikan makanan (feeding artery) yang diperlukan kanker untuk dapat tumbuh subur. Sesudah itu barulah dilakukan tindakan radiologi Trans Arterial Embolisasi (TAE) yaitu suatu tindakan memasukkan suatu zat yang dapat menyumbat pembuluh darah (feeding artery) itu sehingga menyetop suplai makanan ke sel-sel kanker dan dengan demikian kemampua hidup (viability) dari sel-sel kanker akan sangat menurun sampai menghilang.
Sebelum dilakukan TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial Chemotherapy (TAC) dengan tujuan sebelum ditutup feeding artery lebih dahulu kanker-nya disirami racun (chemotherapy) sehingga sel-sel kanker yang sudah kena racun dan ditutup lagi suplai makanannya maka sel-sel kanker benar-benar akan mati dan tak dapat berkembang lagi dan bila sel-sel ini nanti terlepas pun saat operasi tak perlu dikhawatirkan, karena sudah tak mampu lagi bertumbuh.
Tindakan TAE digabung dengan tindakan TAC yang dilakukan olehdokter spesialis radiologi disebut tindakan Trans Arterial Chemoembolisation (TACE). Selain itu TAE ini juga untuk tujuan supportif yaitu mengurangi perdarahan pada saat operasi dan juga untuk mengecilkan ukuran kanker dengan demikian memudahkan dokter ahli bedah. Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu harus diperiksakan pada dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang berkompentensi dan yang dapat menentukan dan memberikan kata pasti apakah benar pinggir sayatan sudah bebas kanker.
Bila benar pinggir sayatan bebas kanker artinya sudahlah pasti tidak ada lagi jaringan kanker yang masih tertinggal di dalam hati penderita. Kemudian diberikan chemotherapy (kemoterapi) yang bertujuan meracuni sel-sel kanker agar tak mampu lagi tumbuh berkembang biak.
Pemberian Kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam bahagian onkologi (medical oncologist) ini secara intra venous (disuntikkan melalui pmbuluh darah vena) yaitu epirubucin/dexorubicin 80 mg digabung dengan mitomycine C 10 mg. Dengan cara pengobatan seperti ini usia harapan hidup penderita per lima tahun 90% dan per 10 tahun 80%.
2.TindakanNon-bedah Hati
Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang pada stadium lanjut.. Termasuk dalam tindakan non-bedah ini adalah:
a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)
Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yang datangnyabersama aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker timbul banyak sel-sel baru sehingga diperlukan banyak makanan dan oksigen, dengan demikian terjadi banyak pembuluh darah baru (neo-vascularisasi) yang merupakan cabang-cabang dari pembuluh darah yang sudah ada disebut pembuluh darah pemberi makanan (feeding artery) Tindakan TAE ini menyumbat feeding artery. Caranya dimasukkan kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri femoralis) yang seterusnya masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta abdominalis) dan seterusnya dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery hepatica) dan seterusnya masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat (di-embolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke sel-sel kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati. Apalagi sebelum dilakukan embolisasi dilakukan tindakan trans arterial chemotherapy yaitu memberikan obat kemoterapi melalui feeding artery itu maka sel-sel kanker jadi diracuni dengan obat yang mematikan. Bila kedua cara ini digabung maka sel-sel kanker benar-benar terjamin mati dan tak berkembang lagi.Dengan dasar inilah embolisasi dan injeksi kemoterapi intra-arterial dikembangkan dan nampaknya memberi harapan yang lebih cerah pada penderita yang terancam maut ini. Angka harapan hidup penderita dengan cara ini per lima tahunnya bisa mencapai sampai 70% dan per sepuluh tahunnya bisa mencapai 50%.

b. Infus Sitostatika Intra-arterial
Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi sel-sel hati yang normal berasal dari vena porta dan 30% dari arteri hepatika, sehingga sel-sel ganas mendapat nutrisi dan oksigenasi terutama dari sistem arteri hepatika. Bila Vena porta tertutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke sel-sel hati normal akan terhenti dan sel-sel tersebut akan mati. Dapatlah dimengerti kenapa pasien cepat meninggal bila sudah ada penyumbatan vena porta ini .
Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke cabang besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien tidak dapat dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena ketiadaan donor, atau karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien.
Sitostatika yang dipakai adalah mitomycin C 10 – 20 Mg kombinasi dengan adriblastina 10-20 Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 – 200 cc. Atau dapat juga cisplatin dan 5FU (5 Fluoro Uracil).
Metoda ballon occluded intra arterial infusion adalah modifikasi infus sitostatika intra-arterial, hanya kateter yang dipakai adalah double lumen balloncatheter yang di-insert (dimasukkan) ke dalam arteri hepatika. Setelah ballon dikembangkan terjadi sumbatan aliran darah, sitostatika diinjeksikan dalam keadaan ballon mengembang selama 10 – 30 menit, tujuannya adalah memperlama kontak sitostatika dengan tumor. Dengan cara ini maka harapan hidup pasien per lima tahunnya menjadi 40% dan per sepuluh tahunnya 30% dibandingkan dengan tanpa pengobatan adalah20% dan 10%.20
c. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI)
Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya.
Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. PEI hanya dikerjakan pada pasien stadium dini saja dan tidak pada stadium lanjut. Sebagian besar peneliti melakukan pengobatan dengan cara ini untuk kanker bergaris tengah sampai 5 cm, walaupun pengobatan paling optimal dikerjakan pada garis tengah kurang dari 3 cm.
Pemeriksaan histopatologi setelah tindakan membuktikan bahwa tumor mengalami nekrosis yang lengkap.
Sebagian besar peneliti menyuntikkan etanol perkutan pada kasus kanker ini dengan jumlah lesi tidak lebih dari3 buah nodule, meskipun dilaporkan bahwa lesi tunggal merupakan kasus yang paling optimal dalam pengobatan. Walaupun kelihatannya cara ini mungkin dapat menolong tetapi tidak banyak penelitian yang memadai dilakukan sehingga hanya dikatakan membawa tindakan ini memberi hasil yang cukup baik.
d. Terapi Non-bedah Lanilla
Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah dikembangkan dan hanya dilakukan bila terapi bedah reseksi dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial Chemoembolisation ataupun Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin dilakukan lagi. Di antaranya yaitu terapi Radio Frequency Ablation Therapy (RFA),Proton Beam Therapy, Three Dimentional Conformal Radiotherapy (3DCRT), Cryosurgery yang kesemuanya ini bersifat palliatif (membantu) bukan kuratif (menyembuhkan) keseluruhannya.
e. Tindakan Transplantasi Hati
Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena porta (thrombus vena porta) maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari transplantasi hati.
Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila langkah lain seperti operasi dan tindakan radiologi seperti yang disebut di atas tidak mampu lagi menolong pasien. Akan tetapi,langkah menuju transplantasi hati tidak mudah, pasalnya ketersediaan hati untuk di-transplantasikan sangat sulit diperoleh seiring kesepakatan global yang melarang jual beli organ tubuh.
Selain itu, biaya transplantasi tergolong sangat mahal. Dan pula sebelum proses transplantasi harus dilakukan serangkaian pemeriksaan seperti tes jaringan tubuh dan darah yang tujuannya memastikan adanya kesamaan/kecocokan tipe jaringan tubuh pendonor dan pasien agar tidak terjadi penolakan terhadap hati baru. Penolakan bisa berupa penggerogotan hati oleh zat-zat dalam darah yang akan menimbulkan kerusakan permanen dan mempercepat kematian penderita. Seiring keberhasilan tindakan transplantasi hati, usia pasien setidaknya akan lebih panjang lima tahun.
2.2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematianyangtinggi. Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan; masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan kematianPrognosis pasien dengan penyakit ini buruk.
2.2.10 Asuhan Keperawatan Hematoma
B. Konsep Dasar
1. Pengkajian
Gejala Klinik
Fase dini : Asimtomatik.
Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1. Ascites
2. Ikterus
3. Hipoalbuminemia
4. Splenomegali, Spider nevi, Eritoma palmaris, Edema.

Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus kanker hati, meliputi :
1. Gangguan metabolisme
2. Perdarahan
3. Asites
4. Edema
5. Hipoproteinemia
6. Jaundice/icterus
7. Komplikasi endokrin
8. Aktivitas terganggu akibat pengobatan

II.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. tidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin di hati.

TUJUAN :
1. Mendemontrasikan BB stabil, penembahan BB progresif kearah tujuan dgn normalisasi nilai laboratorium dan batas tanda-tanda malnutrisi
2. Penanggulangan pemahaman pengaruh individual pd masukan adekuat .

INTERVENSI

1. Pantau masukan makanan setiap hari, beri pasein buku harian tentang makanan sesuai indikasi
2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makanan sering / lebih sedikit yg dibagi bagi selama sehari.
3. Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah pemberian agent antineoplastik yang sesuai .

RASIONAL :

1. Keefektifan penilaian diet individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik.
2. Kebutuhan jaringan metabolek ditingkatkan begitu juga cairan ( untuk menghilangkan produksi sisa ). Suplemen dapat memainkan peranan penting dlm mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
3. Mual/muntah paling menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan stess.

B. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites )

TUJUAN
1. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi nyeri.
2. Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal pada AKS

INTERVENSI

1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 ) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
3. kaji tingkat nyeri / kontrol nilai

RASIONAL
1. memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi misalnya : nyeri adalahindividual yang digabungkan baik respons fisik dan emesional
2. meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

A. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan

TUJUAN :
1. dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh.

INTERVENSI

1. dorong pasein untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, bangun dari kursi/ tempat tidur, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan.
2. pantau respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya; perubahan pada TD/ frekuensi jantung / pernapasan.
3. beri oksigen sesuai indikasi

RASIONAL

1. meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan pasein menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
2. teloransi sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbnagan cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
3. adanya hifoksia menurunkan kesediaan O2 untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan.

D. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema dan asites
TUJUAN :
1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan penyembuhan

INTERVENSI
1. Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau perlambatan penyembuhan .
2. Mandikan dengan air hangat dan sabun
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk.
4. Balikkan / ubah posisi dengan sering
5. Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali seijin dokter

RASIONAL
1. Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering,ulserasi.
2. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3. Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
4. Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang tidak perlu.
5. Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata